Sabtu, 16 Juli 2011

Menjadi Peserta Kehidupan yang Syukur (part 2)

Selama bertahun-tahun kita menikmati kehidupan ini. Bahkan hingga hari ini pun kita masih merasakan nikmat tersebut, dan semoga terus berlanjut hingga beberapa tahun ke depan. Kita menjadi peserta kehidupan, kita adalah makhluk yang terpilih untuk merasakan indanhnya kehidupan. Ketika hidup ini masih berjalan, kita tak boleh memutusnya, atau sekedar bercita-cita untuk segera berpisah dengannya, karena tekanan keadaan yang begitu rumit dan kacau.
Sabda Rasulullah begitu jelas mengingatkan kita, “Janganlah seseorang berangan-angan untuk mati karena sebuah kesulitanyang menimpanya, jikapun harus berangan-angan hendaklah ia mengucapkan, “Ya Allah hidupkanlah aku sepanjang kehidupan itu baik bagiku, dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku.”

Dan Nabi kita, telah pula menjelaskan betapa dahsyatnya ancaman bagi orang yang merusak hidupnya sendiri. Bunuh diri adalah salah satu dosa paling besar yang kita kenal dalam agama ini; dibalas dengan neraka di hari kiamat kelak. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, “Siapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia ini, dia akan diazab dengan (perbuatan serupa) itu pada hari kiamat.”

Siksaan Allah kepada orang yang bunuh diri adalah seperti yang dia lakukan untuk menghilangkan nyawanya yang mahal itu, seperti yang beliau tegaskan, “Siapa yang menjatuhkan dirinya dari gunung dan lalu jiwanya terbunuh, maka dia berada di neraka Jahannam selalu menjatuhkan diri di dalamnya, kekal dan dikekalkan di dalam selama-lamanya. Siapa yang menegak racun dan lalu dirinya terbunuh maka racunnya ada di tangannya dan kelak selalu dia hisap di neraka Jahannam, kekal dan dikekalkan selama-lamanya. Dan siapa yang membunuh dirinya dengan benda tajam, maka benda tajam itu ada di tangannya dan dengannya dia menikamkan perutnya sendiri di hari kiamat, di dalam neraka Jahannam kekal dan dikekalkan selamanya.”

Menyakiti jiwa, merendahkan nyawa, menghinakan kehidupan adalah pertanda hidup akan berakhir tragis; su’ul khatimah. Dan menjadi penghuni neraka. Di zaman Nabi SAW, ada seorang laki-laki yang selalu ikut berperang bersama Nabi. Tidak ada sengketa dan peperangan dengan kaum musyrikin, kecuali dia ikut serta. Tapi, suatu ketika Rasulullah SAW membuat pernyataan mengejutkan : “Dia di neraka.”

Sahabat terlongok mendengar sabda beliau. “Kalau dia di neraka, lalu siapa yang di surga?” kata mereka penuh tanya. Ini karena mereka melihat keberanian dan ketangguhan lelaki tersebut. Namun ketika ia merasakan sakit karena terluka ia tiba-tiba mengeluarkan panah dari sarungnya dan menghujamkan ke dadanya hingga nyawanya lepas oleh tangannya sendiri. Seorang sahabat sambil berlari mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan engkau adalah benar-benar utusan-Nya yang telah berkata bahwa lelaki itu di neraka. Allah telah membenarkan ucapanmu. Ia telah mengambil anak panah dari sarungnya dan kemudian bunuh diri.”

Sebuah kisah juga menyebutkan, bahwa seorang laki-laki terluka dan dia tidak kuat menanggung sakitnya sehingga mengambil sebuah pisau lalu melukai tangannya. Darah tidak berhenti mengucur hingga ia tewas. Allah pun berfirman tentangnya dalam sebuah qudsi, mengorbankan jiwanya. Aku haramkan surga untuknya.”

Ini semua adalah hadits shahih yang menegaskan kepada kita betapa buruknya perbuatan yang tak menghargai nyawa, sekaligus mendefinisikan bahwa perbuatan itu menunjukkan lemahnya iman, sedikitnya sabar, juga rusaknya akal dan buruknya cara pandang. Naudzubillah.

Sungguh, nyawa yang paling mulia di hadapan Allah swt adalah nyawa kita. Nyawa yang kita punyai sekarang ini. Nyawa adalah amanah yang ada di leher kita. Maka janganlah kita coab untuk mencelakainya. Janganlah berani coba melakukan perbuatan buruk terhadapnya. Karena kita bertanggungjawab. Kita punya kewajiban besar menjaganya. Dan setiap usaha kita untuk menghancurkannya adalah termasuk dosa besar, menjadi sebab datangnya azab Allah dan murka-Nya. Karena itu, sekali lagi, Allah melarang kita mencederainya sebab Ia menyayangi kita. Maka jadikan diri kita sebagai peserta hidup yang syukur, dengan selalu menjaga dan menyayanginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan dikomentari..