Kamis, 28 November 2013

Kasar Tetapi Berhati Lembut

Sebelum memeluk Islam, Umar ibn al-Khathab orang yang paling keras menentang dan memerangi ajaran baru ini. Ia mengintimidasi orang-orang yang mengikutinya. Suatu hari, Umar menghajar seorang budak perempuan agar mau meninggalkan perempuan Islam. Selesai puas menganiaya budak itu, Umar berkata, “Aku memaafkanmu! Kau kulepas hanya karena aku sudah bosan memukulmu!” 

 Si budak menjawab, “Itulah yang dilakukan Allah kepadamu.” Kejadian tersebut sampai ke telinga Abu Bakar. Kemudian, budak perempuan itu dibeli oleh Abu Bakar dan dibebaskannya. 

*** 

Kendati perlakuan Umar sangat keras kepada umat Islam, hatinya sangat lembut untuk menerima kebenaran. Ketika sebagian umat Islam pergi berhijrah ke Abyssinia, dan setelah Umar pergi, ia merasa terharu dan merasa kesepian berpisah dengan mereka. Ummu Abdullah bint Abi Hismah mengatakan, “Kami segera berangkat ketika Umar ibn al-Khathab datang dan berhenti di depan kami. Kami menghadapi berbagai macam gangguan dan intimidasi darinya. Ia berhenti dan berkata kepada kami, ‘Jadi berangkat juga, Ummu Abdullah?’ Aku menjawab , ‘Ya! 

Kami akan keluar dari bumi Allah ini. Kalian mengganggu kami dengan kekerasan. Semoga Allah memberi jalan keluar kepada kami.’ 

‘Allah akan menyertai kalian,’ balas Umar. Aku melihat dia begitu terharu. Belum pernah aku melihat Umar seperti itu. Dia lalu pergi dan kulihat dia sangat sedih karena kepergian kami.” 

Tak lama kemudian, suami Ummu Abdullah datang. Diceritakannya percakapannya dengan Umar dan dia sangat mengharapkan Umar memeluk Islam. Tetapi sang suami menjawab, “Orang ini tidak akan memeluk Islam sebelum keledai Khathab lebih dulu memeluk Islam.”

Sabtu, 23 November 2013

Sekilas Sosok Umar Ibn Al-Khathab

Suatu hari, usai perhelatan akbar dan pameran “Ukaz”, seorang tua renta berjalan tertatih-tatih menuju Darun Nadwah. Di tengah jalan, ia dihentikan seorang anak muda yang tengah menggembalakan kambing milik salah seorang pembesar Quraisy. Anak muda itu bertanya, “Apakah engkau belum mendengar kabar menggemparkan?”

Orang tua itu menjawab, “Berita apakah itu, anakku?”
“Tentang si kidal!”
“Pemuda yang sering bergulat di pasar Ukaz?” kakek itu agak terkejut.
“Ya, dia.”
“Ada apa dengannya?”
“Ia telah memeluk Islam dan menjadi pengikut Muhammad!”

Sang kakek sangat takjub mendengar hal itu, lalu berkata “Demi kebenaran, ia akan melapangkan jalan kebaikan bagi mereka atau malah melapangkan jalan keburukan.” 

Si kidal itu adalah Umar ibn Al-Khathab. Sejak saat itu, ia tidak lagi bergulat melawan orang-orang kuat di pasar Ukaz, namun ia akan bergulat melawan kebatilan di seluruh Jazirah Arab di awal siangnya, dan seluruh dunia di akhirnya. Ia telah menjadi al-faruq atau pembeda antara kebenaran dan kebatilan. 

*** 

Umar putra Al-Khathab dari istri bernama Hantamah (putri Hisyam ibn Al-Mughirah), dan al-Khathab putra Nufail yang terkenal sangat membenci perilaku kaum Quraisy yang buruk. Dengan demikian, Umar bernasab mulia dari pihak ayah dan ibunya. Kaumnya, Bani ‘Adi, merupakan salah satu klan kaum Quraisy yang dhormati. 

Umar menikah dengan beberapa istri, yaitu Zainab, Ummu Kultsum bint Jarul, Jamilah, Ummu Kultsum bint Ali ibn Abi Thalib, Ummu Hakim, Luhayyah, Fukaihah dan Atikah. Adapun anak-anaknya, yaitu Hafshah (Ummul Mukminin), Abdullah, Ubaidullah, Ashim, Abu Syahmah, Abdurrahman, Zaid, Mujir dan Ruqayyah. 

Umar ibn al-Khathab menjabat sebagai khalifah kedua selama 10 tahun. Selama masa kekhalifahannya, Umar banyak melahirkan berbagai prestasi yang tidak pernah terjadi sebelumnya, di antaranya adalah perluasan wilayah Islam, penetapan tahun Hijriah, membentuk dewan militer dan dewan-dewan lainnya, penertiban administrasi Negara, dan sebagainya. 

Pada masa pemerintahannya, Allah memberikan kecukupan bagi kaum muslim dengan melimpahnya harta kekayaan di Baitul Mal. Ia membagikan harta yang melimpah itu kepada semua rakyatnya, hingga kesejahteraan merata di mana-mana.