Minggu, 19 Desember 2010

Minuman yang Mendatangkan Pahala (Part 3)

Siapapun yang mendalami Kitabullah dan Sunnah Rasulullah akan mendapatkan bahwa semua makanan yang disebutkan di sana pasti memiliki rahasia kegunaan yang luar biasa. Tak ada satupun yang mengingkari manfaat dan pentingnya madu sebagai makanan dan obat berbagai penyakit. Tak satupun orang yang menolak urgensi minyak zaitun dalam melindungi diri dari kanker. Juga tak satupun yang mengingkari pentingnya makanan yang disebutkan dalam hadits Rasulullah saw, seperti jintan hitam.

Kini, banyak sekali manfaat yang ditemukan dari susu. Antara lain untuk memperkuat pencegahan kanker tulang dan mencegah gangguan memori. Al quran menyebutkan, “Dan di antara kalian ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kalian yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesutaupun yang dahulunya telah diketahuinya…” (QS. Al Hajj 5). Sedangkan Rasulullah saw mengatakan , “Tidaklah Allah swt menurunkan penyakit kecuali diturunkan pula obat untuk penyakit itu.” Dan Allah menjadikan susu sebagai obat untuk memperkuat memori otak, khususnya bagi kalangan orang tua.

Sekarang kita perhatikan firman Allah swt, “Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS. AN Nahl : 66). Minuman susu member ibrah pada kita untuk dikaji keutamaannya dan bahkan proses pembuatannya. Sapi, kambing, unta dan domba, semuanya diciptakan Allah dengan memiliki organ tubuh yang sangat kompleks untuk pembuatan susu. Dan itu menunjukkan kebesaran Allah swt Yang mencpitakannya. Kita mengatakan, sebagaimana firman Allah swt, “dan katakanlah: Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaranNya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan”. (QS. An Naml : 93)

Khusus untuk bayi, ASI merupakan materi yang unik dan tiada zat alam yang mengimbangi manfaatnya. Oleh karena itu, para peneliti menekankan ASI mengandung antibodi untuk memberikan pencegahan penyakit pada seumur hidup. Mereka menyebutkan, setiap sendok teh ASI setara dengan memberi anak obat yang bisa membunuh 3.000.000 bakteri.

Itu sebabnya para dokter menegaskan agar anak-anak terus meminum ASI sebanyak-banyaknya sampai tahun kedua paska kelahiran. Al Quran menyebutkan, “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS. Al Baqarah : 233)

Secara umum, Rasulullah saw telah lebih dahulu mengangkat pentingnya susu. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda, “Bila ada di antara kalian yang diberi makanan oleh Allah, hendaklah dia mengatakan, Ya Allah berkahilah kami dalam makanan itu, dan berilah rezki yang baik darinya. Dan barangsiapa yang diberikan susu oleh allah, katakanlah, Ya Allah berkahilah kami di dalam susu itu dan berilah tambahan kepada kami dari susu itu”. “Sesungguhnya aku tidak mengetahui ada makanan dan minuman yang diberi pahala mengonsumsinya, kecuali susu” (As Silsilah Ash Shahihah)

Minuman yang Mendatangkan Pahala (Part 2)

Meminum dua cangkir susu sehari bisa melindungi diri melawan Alzheimer, keadaan di mana daya ingat seseorang merosot dengan parahnya sehingga pasien tidak mampu mengurus diri sendiri. Ilmuwan Universitas Oxford Inggris mengutarakan bahwa susu merupakan sumber vitamin terbaik, dan diyakini mampu mengurangi kerusakan yang dapat mempengaruhi kekuatan memori otak. Mereka menunjukkan bahwa pasien lansia yang menderita kekurangan vitamin B12, rentan terhadap penyusutan ukuran otak dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang memiliki kecukupan vitamin B12. Para pakar berharap, salah satu upaya untuk mengatasi penurunan memori yang berkaitan dengan penuaan adalah dengan vitamin B12.

Menurut laporan yang diterbitkan Journal of Clinical Nutrition Amerika, meskipun daging merah mengandung vitamin yang sangat tinggi, tetapi tubuh tidak mampu menyerap dengan baik saat mengonsumsi daging. Terbukti, tim dari Inggris yang bekerjasama dengan Universitas Oslo dan Bergen Norwegia melaporkan bahwa tubuh justru mampu menyerap secara optimal vitamin B12 dari susu, meskipun kandungannya lebih sedikit dari yang ada pada daging.

Para ilmuwan percaya bahwa vitamin tersebut diperlukan untuk mengisolasi sel-sel otak. Sehingga kondisi tidak cukupnya vitamin B12 dapat mencegah kinerja fungsional otak yang menyebabkan gangguan berupa kematian sel-sel otak.

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh peneliti Inggris, menyebutkan bahwa meminum susu setengah liter setiap hari bisa melindungi seseorang dari diabetes dan penyakit jantung. Tim ilmuwan dari University of Wales Cardiff, melaporkan bahwa memakan makanan dari susu menghindari resiko gejala metabolic syndrome, yaitu kumpulan faktor resiko penyakit kardiovaskular dan diabetes yang termasuk di dalamnya obesitas, tekanan darah tinggi, peningkatan trigliserida, rendahnya kolesterol baik (HDL) dan peningkatan gula darah. Menurut penelitian yang memakan waktu 20 tahun dengan melibatkan 2375 responden pria berusia antara 45 dan 59 tahun, susu dan produk susu mengurangi resiko sindrom metabolic pada pria sebesar 50 persen.

Peneliti di sebuah rumah sakit di Hamersmith London menyebutkan bahwa susu produk sapi yang diambil pada hari-hari pertama kelahiran sapi membantu dalam pengobatan banyak penyakit perut. Para ilmuwan mengatakan kolostrum sapi yang terdapat dalam susu sapi bisa membantu penyembuhan banyak penyakit perut. Mereka mengatakan, kolostrum sapi dapat menyelamatkan ribuan pasien setiap tahunnya. Selanjutnya dilakukan studi untuk melihat apakah kolostrum sapi juga bisa membantu pasien penderita penyakit usus akut dan inflamasi akut mempengaruhi usus besar.

Tes awal telah menunjukkan bahwa protein yang ditemukan dalam kolostrum dapt membantu dalam pengobatan perut dan usus. Menurut Profesor Ray Blaiford, seorang professor dari Rumah Sakit Hammersmith London, “Susu telah terbukti berguna untuk mengatasi dampak yang disebabkan oleh stimulan hormon bebas.”

Minuman yang Mendatangkan Pahala

Penelitian dan studi modern menegaskan bahwa susu merupakan jenis makanan terbaik karena mengandung nutrisi penting untuk pertumbuhan, umur panjang dan pencegahan penyakit. Banyak yang disimpulkan dari hasil studi modern terhadap susu. Disebutkan bahwa anak-anak yang mendapat cukup susu dan semua makanan yang diproduksi dari susu mengalami usia hidup yang lebih lama dan proporsi penyakit fatal (seperti stroke) yang sangat rendah. Mengonsumsi sperempat liter susu dalam satu hari, bisa mengurangi risiko kematian akibat stroke hingga 60%. Bahkan ada pula studi yang menegaskan bahwa mengonsumsi susu setiap hari melindungi tubuh terhadap tekanan darah tinggi dan banyak penyakit lainnya.

Rasulullah saw menegaskan dalam sebuah haditsnya, “Hendaklah kalian meminum susu sapi, karena itu hasil dari apa yang disarikan oleh pepohonan.” (HR. Ahmad). Hadits ini kemudian terbukti dalam penlitian modern, bahwa susu sapi merupakan jenis susu yang moderat kegunaannya, khususnya untuk anak-anak, setelah Air Susu Ibu.

Dalam majalah British Medical Journal, disebutkan manfaat susu untuk orang yang meminum susu setiap hari mengurangi resiko penyakit alergi dan penyakit pernafasan pada anak. Dalam penelitian kedua susu ditemukan dapat digunakan untuk mengobati gangguan lambung dan radang usus besar. Hasil lainnya, ditemukan meminum susu secara teratur melindungi diri dari aterosklerosis (pengapuran dinding pembuluh darah arteri), mencegah kanker dan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit, terutama penyakit jantung.

Subhanallah, Yang telah berfirman dalam Al Qur’an, “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya”. (QS. An Nahl : 66)

Memahami dan Menyampaikan Sejarah yang Benar (Part 2)

Kelima, memahami kadar pengetahuan manusia, keadaan dan kedudukan mereka serta apa saja yang dikatakan tentang mereka. Ibnu Taimiyah rehimahullah berkata, “Menghukumi suatu kelompok manusia atau kaum, didasarkan pada dua hal: pertama, mengetahui keadaan mereka; dan kedua mengetahui hukuman Allah yang ditimpakan kepada orang-orang seperti mereka.”

Maka atas dasar ini, perlu kajian yang dalam atas apa yang diriwayatkan tentang suatu peristiwa, dengan melihat pandangan orang-orang yang hidup pada periode awal Islam, dari para sahabat radhiyallahuanhum. Sebab dengan mengetahui keadaan mereka, kejujuran mereka, serta perjalanan hidup mereka yang baik. Dan kita tahu, bahwa da banyak dalil-dalil syar’I yang memberitakan kepada kita tentang keshalihan dan keadilan mereka.

Keenam, memberitakan sesuatu tentang sekelompok manusia, haruslah berdasarkan pada ilmu pengetahuan, keadilan, kesopanan. Hal ini telah dijelaskan Allah swt dalam firman-Nya, ”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena (adil) itu lebih dekat kepada Allah, dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Maidah:8)

Ibnu Taimiyah juga mengatakan, “Membicarakan manusia hendaklah berlandaskan ilmu dan keadilan, bukan dengan kebodohan dan kezaliman.”

Termasuk dalam hal ini, adalah menyifati orang lain dengan adil. Maksudnya, berlaku adil dalam menyebutkan keburukan-keburukan dan kebaikan-kebaikannya.

Ketujuh, mengetahui kondisi-kondisi zaman di mana suatu peristiwa terjadi. Kita perlu megetahui pula bahwa sebagian peristiwa yang terjadi dalam sejarah Islam tidak bisa dilepaskan dari kondisi-kondisi zamannya. Maka kita tidak boleh menghukumi mereka hanya dengan menggunakan standar akal kita, juga dengan kondisi-kondisi yang kita hidup di dalamnya. Karena tindakan seperti ini, selain tidak akan menemukan titik temunya, juga akan melahirkan klaim-klaim yang tidak pada tempatnya.

Kedelapan, menggunakan istilah-istilah yang islami. Penggunaan istilah termasuk persoalan penting yang melahirkan pengaruh dan bahaya besar dalam tsaqafah umat Islam, karena dengan istilah itu kemudian pemahaman dan pemikiran terhadap sesuatu bisa terbangun. Musuh-musuh Islam dari dulu selalu berusaha mengaburkan pemahaman dan pemikiran Islam dengan membuat istilah-istilah yang mengelabui pikiran umat Islam.

Memahami dan Menyampaikan Sejarah yang Benar (Part 1)

Mengenal para tokoh Islam dan peristiwa-peristiwa penting dalam Islam tentu tidak cukup hanya dengan sekedar mengenal. Tapi yang jauh lebih penting dari itu, adalah menyampaikan kembali kisah dan berita yang kita tahu, khususnya kepada anak-anak kita, kepada para generasi penerus Islam. Agar, tidak terjadi kekosongan pengetahuan terhadap perjalanan agamanya dan orang-orang penting yang ada di dalamnya. Karena sejarah adalah sesuatu yang menyangkut banyak hal mendasar dalam ajaran Islam, maka ada kaidah-kaidah yang haru kita perhatikan, agar sejarah dan kisah tentang tokoh dan peristiwa yang kita pahami dan sampaikan adalah benar, terhindar dari tambahan-tambahan cerita yang tidak pantas.

Pertama, bersandar pada referensi syariah dan memprioritaskannya daripada referensi-referensi yang lain. Sebab referensi yang bersifat syariah pasti lebih benar dan lebih jujur dari semua referensi sejarah yang ada dengan pertimbangan: kebanyakan penulisnya hidup di fase-fase awal perkembangan Islam; dan lebih teliti dan lebih cermat dalam menukil, seperti halnya para ahi hadits dan ahli tafsir.

Kedua, memiliki pemahaman yang benar tentang iman dan perannya dalam menafsirkan kejadian dan peristiwa. Sebab mendalami sejarah tanpa disertai iman dan pemahaman yang benar tentang peran iman tersebut dalam kehidupan kaum Muslimin, tidak akan memberikan penafsiran yang lurus, kuat, ilmiah, dan realistis terhadap berbagai peristiwa sejarah dalam Islam.

Ketiga, memahami pengaruh akidah dalam membentuk etika dan akhlak kaum Muslimin. Metode penulisan sejarah dan penafsiran atas peristiwa-peristiwa yang terjadi didasarkan pada hal-hal yang fundamental untuk mendapatkan perspektif yang utuh tentang Islam. Dan akidah Islamiyah serta hal-hal yang terkait dengannya, adalah sesuatu yang sangat mendasar yang harus melandasi metode itu. Begitu juga dalam menafsirkan atau menghukumi peristiwa-peristiwanya.

Keempat, memahami faktor-faktor yang memberi pengaruh pada pergulatan dalam sejarah. Metode Islam dalam mengkaji sejarah adalah metode yang mencakup seluruh aspek, motif dan nilai sejarah itu ditulis. Dia tidak berhenti hanya pada sesuatu yang bersifat kongkrit semata, tetapi juga memberi ruang untuk melihat yang lebih jauh ke depan sehingga orang yang mendalami dan mengenal sejarah mampu mengedepankan nilai dan hakekat yang lebih luas dari apa yang bisa dilihat oleh orang banyak dari suatu perisitwa.

Minggu, 12 Desember 2010

Mengenali Cerita yang Lurus, dan Berhati-hati dari Penyimpangan Sejarah

Sebagai umat Islam, beruntung sekali kita memiliki banyak tokoh brilian yang mengagumkan, sejumlah peristiwa besar masa lalu yang menakjubkan. Karena ia ibarat cahaya yang menyinari kita untuk menata dan menatap kehidupan kita yang lebih baik, lebih berperadaban, dengan selalu berkaca pada prestasi mereka.

Namun cahaya itu seringkali dibuat buram oleh orang lain. Sejarah kecemerlangan masa lalu kita seringkali dibuat kabur oleh para orientalis, oleh sekelompok ‘orang tak beradab’ dari anak-anak kaum Muslimin sendiri, yang menerima dengan sepenuh hati pandangan para orientalis itu. Mereka mengubah, mengganti, dan memalsukan hal-hal yang sudah dicatat dengan baik, lalu mengeluarkan sejarah itu kepada kita dalam bentuk yang sudah dipoles menakjubkan tapi kering dari sisi makna; memutuskan kesinambungan kaum Muslimin antara sejarah masa lalu mereka dengan keaadaan mereka sekarang, sehingga tak ubahnya seperti ruh yang terpisah dari jasadnya.

Dampaknya, generasi muda Islam kemudian memandang sejarah mereka hanya berisi pertarungan, perselisihan, pengkhianatan, dan ‘perampokan’. Lembaran sejarah tidak lebih dari perjalanan kela masa lalu. Sehingga mereka pun ragu, apakah harus menggunakan sejarah itu atau dibuang saja ke dasar lumpur. Celakalah orang yang membuat kebohongan tentang Allah swt untuk menyesatkan manusia, sedang mereka tidak berilmu sedikitpun.

Celakalah pula generasi kaum Muslimin yang tergoda dengan kaum sekuler, yang menodai keluhuran para tokoh dan peristiwa-peristiwa penting dalam Islam, mengubahnya menjadi cerita-cerita kering, khurafat dan palsu, dan melarang kaum Muslimin mengambil contoh-contoh ilmiah praktis untuk memajukan kehidupan agama dan dunia mereka.

Dan celakalah pula orang-orang yang punya kemampuan melakukan pelurusan dalam sejarah tapi tidak melakukannya, dan orang-orang yang bisa memberi penjelasan tapi tak melakukannya, dan juga orang-orang yang sanggup memberi masukan dan nasehat tapi tidak melakukannya. Jabir bin Abdullah berkata, “Jika orang-orang terakhir dari umat ini telah mencela dan melaknat para pendahulunya, maka orang yang punya pengetahuan tentang mereka hendaklah meluruskannya. Jika dia menutupi hal tersebut pada saat itu, maka ia sama saja telah menyembunyikan apa yang telah diturunkan kepada Muhammad saw.”

Betapa berat beban yang akan kita pikul nanti, jika kita termasuk dari orang-orang seperti itu; menutupi kisah-kisah yang benar para tokoh Islam, yang seharusnya kita sampaikan kepada anak-anak kita. Seorang alim kembali menegaskan kalimat di atas, “Siapa yang mendengar seorang sahabat difitnah, atau terhadap orang-orang shalih lalu dia tidak melakukan pembelaan, maka dia seperti orang yang telah menutupi kebenaran dari Rasulullah saw.” Ya, sebab bagaimana wahyu dan risalah Allah bisa sampai kepada kita, jika tanpa perantaraan mereka. Bukankah semua itu kita dapatkan lantaran para sahabat, tabiin dan tabi’i tabiin yang telah bersusah payah mengumpulkan dan menuliskan semuanya kembali untuk kita?

Maka, mengenali cerita mereka yang benar tidaklah cukup. Tapi juga mengenali penyimpangan-penyimpangan sejarah yang dilakukan oleh orang yang tak berilmu, perlu kita kenali, agar cerita benar itu tetap benar, dan kita tidak menjadi orang-orang yang tertipu dengan sejarah yang salah.

Mengenali Kemuliaan Para Tokoh, dan Menutupi Kekurangannya

Salah satu tanda kecerdasan akal adalah kemampuan memilih kajian-kajian sejarah danmengutip serta menyeleksi apa yang diberitakan dalam sejarah itu. Imam Ibnu Jauzi berkata, “Sesungguhnya aku hanya menukil dari kaum terdahulu apa-apa yang baik untuk dinukil, dan aku tidak menukil semua yang bisa dinukil. Sebab setiap sesuatu itu punya produk, dan produk akal adalah kecerdasannya dalam memilih.”

Oleh karena itu, kita perlu mengetahui komentar para ulama yang terpercaya terhadap-terhadap referensi-referensi sejarah sebelum kita menukil dari referensi-referensi itu. Dan sebagai contoh dari hal ini adalah apa yang dikatakan oleh As Sakhawi rahimahullah tentang kitab At Tawwabin. Karya Imam Ibnu Qudamah rahimahullah, “Di dalamnya terdapat hal-hal yang aku sukai untuk diungkapkan secara khusus, tapi ada beberapa sanadnya yang kacau.”

Disebutkan pula dari Imam Nawawi rahimahullah, bahwa ia memberikan pujiannya pada kitab Al Isti’ab, karya Ibnu Abdil Barr rahimahullah. Tapi karena di dalamnya ada beberapa hal yang tidak patut dituduhkan terhadap perselisihan yang terjadi di antara sejumlah sahabat radhiyallahu anhum, maka An Nawawi sangat berhati-hati mengutipnya.

Namun begitu, tentu kita tidak harus meninggalkan dan mengkritisi semuanya, sebab kita memang tidak hidup sezaman dengan mereka, sehingga tidak ada orang yang bisa memahami hakikat sebenarnya. Karena itu, Az Zahabi rahimahullah mengkritisi para penilai kecacatan dan pelurusan yang mencela para khalifah, orangtua dan keluarga mereka. “Kesalahan pasti terjadi di negara dan pemerintahan manapun, dan penulis sejarah sebaiknya menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka dan menutupi hal-hal yang pantas disebutkan terkait dengan mereka.”

Adalah sebuah adab dan etika yang baik, ketika kita bercerita tentang para tokoh itu kitapun menyebutkan kebaikan mereka, dan bahkan memohonkan rahmat bagi mereka. Rizqullah At Tamimi berkata, “Alangkah buruknya kalian, mengambil manfaat dari kami, kalian membicarakan kami tapi kalian tidak memintakan rahmat kepada Allah atas kami.”

Kita tetap harus memiliki keyakinan, bahwa hanya para nabi yang ma’shum. Sedang kita, semua berpotensi melakukan kesalahan. Termasuk para tokoh Islam yang kita kagumi. Karena itu, Sa’id bin Musayib rahimahullah berkata, “Tak ada orang mulia, alim dan yang memiliki kemuliaan –selain para nabi- kecuali mereka memiliki aib. Tapi sebagian manusia ada yang tidak pantas diberitakan keburukannya. Siapa yang keutamaannya lebih banyak dari kekurangannya, maka kekurangannya tertutupi oleh keutamaannya.”

Benarlah apa yang dikatakan Aisyah ra, “Jangan kalian sebut para pendahulu kalian yang telah tiada, kecuali kebaikan mereka.”

Etika yang harus kita perhatikan, adalah seperti yang diperlihatkan ahli hadits kepada kita semua. Mereka mengerti tentang kecacatan penyampai hadits, tapi mereka tidak menyebutkan aib itu dalam kalimat-kalimat mereka. Imam Al Muzani berkata “Suatu hari Imam Asy syafi’ i menegurku ketika aku berkata, “Si Fulan adalah seorang pendusta.” Ia lalu berkata, “Sebutlah yang baik-baik tentangnya. Jangan katakana ia seorang pendusta, tapi katakanlah, “ Hadits (yang diriwayatkannya)nya bukanlah sesuatu (bukan dari Rasulullah).”

Hal itu pula yang dilakukan oleh orang-orang semisal Al Bukhari, Muslim, Ayub dan yang lainnya, agar lidah mereka tidak terbiasa dengan kalimat-kalimat yang tak beretika seperti itu.

Selasa, 07 Desember 2010

Kisah dalam Al Qur’an adalah yang Utama

Karena cerita dalam sejarah itu memiliki banyak manfaat, maka Allah swt menceritakan dalam kitab-Nya banyak sekali kisah, khususnya kisah tentang para nabi. Allah berfirman, “Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al Quran).” (QS. Thaha: 99)

Allah juga berfirman, “Itu adalah sebahagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan) yang kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah.” (QS. Huud: 100)

Dan cerita kisah dalam Al Qur’an pastilah cerita yang paling baik, sebab Allah swt mengatakan, “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (QS. Yusuf: 3)

Ada tiga alasan, mengapa kisah dalam Al Qur’an disebut kisah yang paling baik. Pertama, bahwasanya kisah itu adalah benar dan jujur. Kisah itu bukan fiksi dan hanya ada dalam angan-angan. Allah menegaskan, “Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya.” (QS. Al Kahfi:13)

Sebab kedua, karena yang menceritakan kisah-kisah itu adalah Dzat Yang Maha Mengetahui, menguasai dan menciptakan sendiri semua peristiwa itu. Dia menegaskan, “Dan pasti akan Kami beritakan kepada mereka dengan ilmu (Kami) dan Kami tidak jauh (dari mereka).” (QS. Al A’raf:7)

Sebab ketiga, tidak ada yang disebutkan dalam kisah-kisah itu kecuali ada faidah dan ibrah yang besar di baliknya, dan yang tidak disebutkan tentu karena tidak terlalu memberi manfaat yang banyak. Sebab ini, ketika Allah swt menceritakan perselisihan ahli sejarah dan Ahlul Kitab tentang berapa jumlah pemuda yang remasuk dalam Ashabul Kahfi, Allah berfirman, “Katakanlah: “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka.” (QS. Al Kahfi:22)

Oleh karena itu, orang yang mencermati ini, dia akan mendapati bahwa ternyata Al Qur’an memiliki metode untuk membersihkan dan menyucikan jiwa yaitu dengan cara menampilkan kisah-kisah sejarah yang disukai dan menarik bagi jiwa itu sendiri. Dan Allah swt telah memerintahkan Nabi-Nya untuk juga menggunakan metode ini, seperti yang Dia firmankan, “Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (QS. Al A’raf:176)

Ketika kita membaca Al Qur’an, maka secara otomatis kita juga sedang membaca sejarah. Tapi sejarah yang kita baca melalui rangkaian-rangkaian ayat itu, tentu perlu tadabur dan perenungan. Tidak sekadar baca. Agar tokoh dan peristiwa yang dikisahkan, dapat memberi pengajaran dan pelajaran dalam diri kita.

Jangan Sampai Khulafaur Rasyidin Saja tidak Kita Kenal

Para Khulafaur Rasyidin; Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali radhiyallahu anhum adalah tokoh yang paling layak untuk diketahui dan dikenal oleh kita sebagai setiap Muslim. Mengenal mereka adalah sebuah target yang harus diupayakan diketahui secara serius dan dipelajari secara lengkap sehingga kita bisa memahami peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan mereka, sebab rentang kehidupan mereka adalah periode yang sangat penting dalam sejarah Islam, setelah kepergian Rasulullah saw.

Mengapa demikian? Karena periode kepemimpinan mereka dianggap sebagai bagian dari kelanjutan undang-undang bagi kaum Muslimin. Sebagian orang mungkin menganggap aneh pendapat ini, dan mengatakan bahwa tidak ada lagi syariat setelah meninggalnya Rasulullah saw. Akan tetapi pada kenyataannya, banyak perkara-perkara baru yang muncul dalam kehidupan kaum Musllimin setelah tiadanya Rasulullah saw, sedang perkara-perkara ini membutuhkan pemahaman yang mendalam serta ijtihad. Maka berijtihadlah mereka; orang-orang piihan itu, dan mengeluarkan pendapat yang cemerlang tentang perkara-perkara itu, sehingga umat bisa berjalan bersama mereka dan menjadikan pendapat dan keputusan mereka sebagai landasan berpijak bagi kaum Muslimin, hingga kini.

Banyak persoalan yang muncul setelah Rasulullah saw tiada, dan tidak ada pembandingnya di zaman beliau. Misalnya, pemilihan khalifah di tengah kaum Muslimin, penaklukan wilayah-wilayah yang jauh dan segala persoalan yang terkait dengan penaklukan itu, pun juga munculnya persoalan-persoalan fiqih serta hal-hal yang syubhat.

Periode mereka berhasil memberikan kepastian hukum yang baik bagi kaum Muslimin. Dan orang-orang yang mereka pimpin adalah orang-orang yang terbaik yang pernah ada di muka bumi ini, setelah kehidupan para nabi.

Dari sini, kita bisa memahami hadits Nabi saw yang diriwayatkan dari Irbadh bin Sariyah, ia berkata, “Suatu hari Rasulullah saw menasehati kami setelah shalat Subuh, sebuah nasehat yang sangat menyentuh sehingga membuat air mata mengalir dan menjadi gemetar. Maka seorang sahabat berkata: ‘Seakan-akan ini merupakan wejangan perpisahan, lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami ya Rasulullah?’ Rasulullah saw bersabda: ‘Aku wasiatkan kepada kalian untuk (selalu) bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun terhadap seorang budak Habasyi, sesungguhnya siapa saja di antara kalian yang hidup akan melihat perselisihan yang sangat banyak, maka jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang dibuat-buat, karena sesungguhnya hal itu merupakan kesesatan. Barangsiapa di antara kalian yang menjumpai hal itu hendaknya dia berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunah-sunnah itu dengan gigi geraham.” (HR.Tirmidzi)

Rasulullah saw telah menyampaikan sebuah kebenaran, dan kita sekarang yang hidup di zaman ini melihat dengan jelas perselisihan itu. Di hadapan kita ada banyak aliran. Maka nasehat Rasululah tersebut memberikan kepastian kepada kita untuk mencari keselamatan dengan mengikuti mereka, memahami jalan hidup mereka. Karena itu kita perlu mengenal mereka, dan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di zaman kepemimpinan mereka.

Berapa Tokoh dan Peristiwa dalam Islam yang Kita Kenal?

Karena kita Muslim, maka seharusnya kita tahu tentang banyak hal yang terkait dengan Islam. Tak terkecuali tokoh-tokoh yang telah menggoreskan catatan-catatan indah dalam sejarah Islam, dan juga perisitwa-peristiwa penting yang sudah melahirkan perbedaan dan perubahan pada tatanan dan kemajuan dunia.

Pengetahuan kita tentang itu, mestinya menjadi sesuatu yang niscaya. Sebab dalam setiap upaya kita mewariskan nilai-nilai, ajaran, dan semangat Islam kepada anak-anak kita, rasanya tidak mungkin tanpa menyebut para tokoh dan peristiwa-peristiwa bersejarah dalam Islam. Ketika kita berbicara tentang keshalihan maka ada pelakunya. Ketika kita berbicara perjuangan maka ada pahlawannya. Ketika kita bicara pengetahuan maka ada ulamanya. Ketika kita bicara kemajuan dan teknologi maka ada pelopor dan penemunya. Semua lengkap dengan tokoh-tokohnya, dan juga diikuti dengan banyak sekali peristiwa monumental yang membanggakan sampai kapanpun.

Akan tetapi, seiring dengan semakin meredupnya kebanggaan sebagian umat islam dengan agamanya sendiri, meredup pulalah pengetahuan mereka tentang para tokoh dan prestasi-prestasi besar mereka, dan saat ini mungkin kita juga perlu mengoreksi kembali pengetahuan kita tentang mereka, dengan coba bertanya pada diri sendiri, “Seberapa banyak tokoh dan peristiwa dalam Islam yang kita kenal?”

Tentu petanyaan ini tidaklah berlebihan, sebab pada kenyataannya memang kita sudah tak begitu peduli pada sejarah, khususnya pada tokoh-tokoh Islam; sahabat, tabi’in, tabi’i tabiin, dan seterusnya. Begitu pula dengan banyak peristiwa penting dan menentukan dalam sejarah, mungkin sudah tak banyak yang kita ingat. Sehingga seringkali ada pertanyaan-pertanyaan sederhana yang dialamatkan kepada kita, kita kelabakan menjawabnya. Padahal sejarah dan para tokohnya begitu penting dalam hidup kita, dan dalam urusan agama kita.

Belajar tentang Kehidupan yang Lebih Arif

Kehidupan para tokoh Islam dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar mereka, adalah kekayaan yang terpendam. Tapi mendalaminya telah membutuhkan kerja keras dan kesungguhan untuk menggalinya, memerlukan alokasi waktu yang cukup dan kemampuan, membutuhkan konsentrasi akal dan hati, dan bahkan segenap anggota badan kita. Sebagai penerus mereka, yang menginginkan tegak dan jayanya kembali Islam di muka bumi ini, kita butuh tahu dan belajar dari perjuangan mereka dan seputar peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka.

Sejarah kehidupan mereka yang terserak itu, sesungguhnya adalah sejarah yang paling dalam, paling agung, dan paling menarik dari semua sejarah yang dikenal manusia. Sebab sejarah Islam adalah sejarah umat yang menjadi saksi, umat yang terakhir, umat yang melakukan reformasi dalam banyak hal, umat yang bertakwa. Dia adalah sejarah umat yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran, mengajak kepada kebaikan dan memerangi segala kenistaan.

Sejarah Islam adalah sejarah para tokoh yang sejarah sendiri tidak menemukan tokoh-tokoh semisal mereka; para tokoh yang memahami agama dan dunia mereka begitu seimbang, sehingga mereka mampu mengatur dan mengelola dunia mereka dengan bijak serta dengan pandangan yang cerdik dan cermat demi kepentingan akhirat mereka, seingga terwujudlah keseimbangan yang menakjubkan, yang sangat sulit untuk ditiru oleh kelompok manapun; mereka mulia di dunia dan mulia pula di akhirat, terpuji di dunia dan terpuji pula di akhirat, menjadi raja di dunia dan menjadi raja pula di akhirat.

Sejarah Islam adalah sejarah peradaban yang menghimpun segala sisi kehidupan dalam sebuah tatanan yang indah dan mengagumkan; menghimpun akhlak, politik, sosial, ekonomi, pembangunan, hukum, keharmonisan, kekuatan, kecerdasan, manajemen, dan administrasi. Sejarah Islam menghimpun semua sisi ini dengan keyakinan yang lurus, ibadah yang benar, arah menghadap yang tepat, dan tujuan akhir yang jelas. Maha Benar Allah swt yang berfirman, “Pada hari ini Aku telah sempurnakan agamamu untukmu, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al Maidah: 3)

Inilah sejarah Islam, dalam pondasi dan segenap elemennya yang sangat kokoh.

Namun begitu, ini tidak berarti bahwa sejarah Islam hanya berisi keagungan yang tanpa cacat, mulia tanpa noda. Adalah sebuah kesalahan yang nyata ketika kita mengaitkan kesalahan sebagian kaum Muslimin sebagai kesalahan agama Islam. Dan sangat tidak adil. Karena Islam adalah agama yang tidak ada cela di dalamnya, tak ada kesalahan di dalamnya, tak ada aib di dalamnya; agama yang sempurna diturunkan oleh Dzat yang mengetahui segala yang rahasia dan tersembunyi, Maha Suci, Maha Bijaksana, dan Maha Mengetahui. Siapapun yang menyalahi ajaran Islam dari kaum Muslimin, maka ia bertanggungjawab atas dirinya dan akibat buruk yang akan menimpa dirinya sendiri, bukan karena Islam yang mengajarkannya demikian.

Banyak manusia yang melanggar, lalu mereka ditertawakan atau mengalami kejatuhan, tapi tidak pantas dicela jika kemudian ia kembali kepada agamanya dan mereka mendapatkan petunjuk dari Allah swt. Sebab jika tidak, maka Allah akan menggantikan mereka dengan orang-orang yang sabar, bersih dan berlaku lurus, yang lebih baik dari mereka.

Mengenal para tokoh Islam dan peristiwa-peristiwa besar yang mengitari kehidupan mereka, tentulah memberi banyak sekali manfaat buat kita. Karena itu, kenalilah lebih dekat kehidupan mereka. Renungkanlah selalu peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi bersama mereka, maka Allah swt akan membukakan pemahaman yang lebih baik kepada kita, terhadap kehidupan dunia dan akhirat, seperti mereka memahami.