Rabu, 11 Desember 2013

Umar Mengumumkan Keislamannya

Abdullah ibn Umar menceritakan keislaman ayahnya, “Ayahku, Umar, berkata setelah ia memeluk Islam, ‘Siapa orang Quraisy yang lebih cepat menyampaikan berita?” Orang-orang menjawab Jamil ibn Ma’mar al-Jumahi. Pagi itu, ayahku pergi menemui Jamil dan berkata kepadanya, ‘Kau tahu, Jamil, bahwa aku telah menjadi muslim dan telah menganut agama Muhammad?” ia tidak membantah, tetapi berdiri dan diikuti oleh Umar. 

Jamil lalu ke masjid dan berdiri di pintunya menghadap orang-orang Quraisy yang berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil. Jamil lalu berteriak dengan keras, ‘Wahai kaum Quraisy! Ketahui;ah, Umar ibn al-Khathab sudah meninggalkan agama leluhurnya!” Umar berkata dari belakangnya, “Bohong! Aku hanya memluk Islam dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya!”

Kontan saja, mereka gaduh dan ramai-ramai mencerca Umar. Mereka juga saling bersitegang di antara mereka sendiri, juga dengan Umar, hingga matahari mulai tinggi. Karena sudah letih, Umar lalu duduk. Mereka mengelilinginya. Umar kemudian berkata, lakukanlah sekehendak kalian. Aku bersumpah! Kalau kami sudah mencapai tiga ratus orang, akan kami tinggalkan semua perdebatan itu.’ 

Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki tua. Ia mengenakan jubah katun bergaris-garis. Ia berdiri di depan mereka seraya berkata, ‘Ada apa ini?’ ‘Umar meninggalkan agama leluhurnya!’ jawab mereka. Laki-laki tua itu berkata, ‘Lalu? Jika seseorang mencari sesuatu untuk dirinya sendiri, kalian mau apa? Kalian kira Bani Adi ibn Ka’ab akan menyerahkan angotanya begitu saja? Biarkan dia! Seolah mereka pakaian yang sudah tak terpakai.’” 

Usai hijrah, Umar ditanya oleh anaknya, Abdullah, “Ayah siapa laki-laki yang menghardik orang-orang Quraisy di Makkah dulu tatkala mereka hendak menyerang ayah?” Umar menjawab, “Dia al-Ash ibn Wa’il dari Bani Sahm.” 

Berita tentang keislaman Umar tersebar luas di kalangan kaum musyrik Quraisy. Kaum muslim merasa beroleh kekuatan berkat keislaman Umar. Hal itu juga akan berpengaruh besar di kalangan kaum musyrik Quraisy, juga kota Makkah pada umumnya. Tidak ada keislaman seseorang yang mengguncangkan kaum musyrik Quraisy sebesar guncangan yang ditimbulkan keisalaman Umar ibn al-Khathab. Mereka memperhitungkan sungguh-sungguh akibat yang ditimbulkan oleh keislamannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan dikomentari..