Selasa, 16 Agustus 2011

Ramadhan... (part 2)

Seharusnya kita sangat tahu bahwa Ramadhan adalah kesakralan yang dilekatkan kepada kita, karena kita seorang Muslim, sebagai aturan yang sangat mengikat. Tidak semata ajaran, tapi juga kehormatan diri. Kesakralannya yang mengikat memiliki status yang sangat tinggi. Baik secara hukum maupun secara fungsi, secara manfaat. Sebab yang menciptakan kesakralan itu adalah Dzat yang menciptakan manusia. Maka kita yang diminta mengikuti apa yang ada pada Ramadhan. Kita yang harus menghadirkan diri kita sepenuhnya bersama Ramadhan. Tanpa tautan kesakralan itu, kita sebenarnya rapuh. Dan apalah arti badan yang tegak bila hati gelap tak bercahaya. Jalan pun gontai, langkah pun tak akan sampai. Ramadhan, kesakralannya memang sekaligus ujian.

Bila kreasi kesakralan berdimensi waktu, diserahkan sepenuhnya kepada kita, maka kita manusia, cenderung menciptakan sentra-sentra kesakralan, pada momen yang kita karang-karang sendiri. Dan itu lebih banyak palsunya. Sangat sedikit yang nyata. Itu sebabnya, kita sering gagal. Bahkan apa yang sering kita sebut sebagai ekspresi kesyukuran, karena bertambahnya keluarga, atau bertambahnya usia, bertambah hasil, berambah capaian, seringkali hanyalah pesta meriah dengan secuil doa yang masih tersangkut di kerongkongan. Itu kesakralan yang kita kreasi dengan cara yang mungkin sulit dipahami dalam perspektif kesakralan Ramadhan.

Di kedatangan Ramadhan yang kesekian, ia tetap lapang membuka diri, lega membagi peluang. Seharusnya kita mengerti arti mengejar hasil bersama Ramadhan. Tidak semata jumlah, tapi juga nilai. Di antara kita ada yang menyia-nyiakan bulan yang begitu mulia itu. Bagaimana mungkin mereka bisa menghargai hari-hari lain di luar bulan Ramadhan?

Sebagian lagi dari kita hanya menghampiri sisi luar Ramadhan. Berleha sejenak di etalasenya. Menghibur diri atas nama rasa lelah. Sangat sejenak. Tapi gagal memasuki ruang dalam di lorong-lorong panjang Ramadhan yang melimpah berkah.

Banyak dari kita yang menghabiskan uang untuk belajar bagaimana mengatur waktu. Ada banyak pelatihan dan uji coba tentang itu. Ada banyak model tentang bagaimana mengelola waktu. Ada banyak falsafah yang kita anut tentang waktu. Tapi sangat sedikit yang mau menyediakan diri seluruhnya untuk keagungan waktu-waktu di saat Ramadhan tiba. Maka ilmu kita tentang manajemen waktu semakin modern dan nampak cerdas, tapi tetap banyak dari kita yang tak benar-benar mengerti betapa sangat berharganya Ramadhan.

Seharusnya bersama Ramadhan kita belajar banyak tentang pengalian, bukan hanya penjumlahan. Sebab begitulah yang tersedia bersama Ramadhan: pelipatgandaan balasan dan penghargaan. Seharusnya kita sadar, bahwa bila kita tak mendapati karunia besar dengan kedatangan Ramadhan, alangkah datarnya hidup. Sebab yang kita lakukan hanya menjumlah angka-angka ibadah di hari-hari biasa. Jumlahnya sedikit dan banyak yang compang-camping. Tapi bersama Ramadhan, semua dikalikan berlipat-lipat. Begitupun, banyak dari kita yang enggan menyediakan diri untuk berbuat apa-apa yang bisa dikalikan, di hari-hari istimewa itu. Maka bila Ramadhan berlalu, banyak dari kita yang tetap miskin kebajikan.

Tanpa Ramadhan, alangkah minimnya kualitas kita. Sebab yang kita lakukan hanya mengisi rutinitas yang terbatas. Itupun masih sering digerogoti penyakit hati yang aneh-aneh. Bersama Ramadhan ada pengalian berkali-kali. Bahkan di salah satu malamnya ada malam yang sangat-sangat istimewa. Itu pengalian dalam ribuan yang menghasilkan jumlah yang sangat-sangat besar. Seperti yang telah dijelaskan oelah Rasulullah saw, “Barangsiapa yang mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadar, karena iman dan mengharap pahala dari Allah niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Adakah karunia yang lebih besar, lebih banyak, lebih melimpah , dari dosa daosa di masa lalu yang terampuni?

Ramadhan, begitu kuat karakternya. Dalam diamnya yang terjaga, bulan suci itu menyebar aura yang menggetarkan. Tapi hanya orang tertentu yang bisa menemukan sisi itu dari Ramadhan. Semoga kita bisa menyapanya dengan jujur, menyertainya dengan tulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan dikomentari..