Usai memeluk Islam, Umar merasa prihatin menyaksikan kaum muslim harus menanggung siksaan dari kaum musyrik Quraisy. Mereka juga harus bersembunyi untuk beribadah. Biasanya kaum muslim melaksanakan ibadah di celah-celah bukit yang jauh agar tak diketahui kaum musyrik Quraisy. Suatu hari, Umar bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, bukankah hidup dan mati kita dalam kebenaran?”
Rasul menjawab, “Memang benar! Demi Allah, hidup dan mati kalian dalam kebenaran,”
“Kalau begitu,” kata Umar, “mengapa kita sembunyi-sembunyi? Demi Yang Mengutus Anda demi kebenaran, kita harus keluar!”
Setelah itu, Rasulullah menuju Ka’bah bersama para sahabat dalam dua barisan. Di barisan pertama ada Umar ibn al-Khathab dan di barisan satu lagi ada Hamzah ibn al-Muththalib. Keduanya menjadi semacam benteng bagi kaum muslim yang lemah. Kedua barisan ini merupakan lambang keperkasaan danmenunjukkan kekuatan dakwah Islam.
Ketika dua barisan ini memasuki masjid, kaum Quraisy tak berbuat apa-apa, hanya memandanginya. Tak ada yang berani mendekati kedua barisan tersebut, apalagi mengganggunya.
Abdullah ibn Mas’ud berkomentar, “Islamnya Umar adalah pembebasan, hijrahnya adalah kemenangan, dan kepemimpinannya adalah rahmat. Sebelum Umar memeluk Islam, kami tak dapat menjalankan shalat di Ka’bah. Setelah ia menjadi muslim, ia menantang mereka sampai mereka membiarkan kami sehingga kami dapat melaksanakan shalat.” Dalam kesempatan lain, Abdullah berkata, “Sejak Umar bergabung ke dalam Islam, umat Islam merasa mempunyai harga diri.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan dikomentari..